HUBUNGAN TUHAN, MANUSIA DAN ALAM
A. HAKEKAT
TUHAN, MANUSIA DAN ALAM
I. TUHAN
Allah swt adalah Tuhan yang pantas disembah kerena Allah ialah Rabb
semesta. yang Maha Kuasa atas segala sesuatu yang ada diseluruh jagat ini.
Allahlah yang Maha Pencipta yang telah menciptakan alam dan seisinya termasuk
kita manusia. Allah swt telah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 29,
yang artinya:
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada dibumi untuk kamu
dan Dia berkehendak.”
Dalam ayat tersebut jelaslah bahwa Allahlah yang telah menciptakan
bumi dan juga alam semesta ini. Hanya untuk-Nya kita diciptakan dan hanya
kepada-Nya lah kita kembali. Ketika mendengar nama Allah swt seharusnya hanya
satu yang ada dibenak kita, yaitu rasa cinta, cinta terhadap-Nya, segala
sesuatu yang kita lakukan apabila didasari dengan rasa cinta terhadap-Nya.
Semua akan terasa ringan, indah, mudah dan terasa terlindungi. Dialah tempat
kita mengadu dan kita sebagai makhluk yang diciptakan-Nya, kita harus melakukan
apa yang telah diperintakan-Nya dan menjauhi segala apa yang telah
dilarang-Nya.
II. MANUSIA
Manusia adalah makhluk yang unik. Beragam definisi tentang manusia
ditampilkan oleh para ahli dengan unik. Dan uniknya lagi tak ada satu pun dari
mereka yang sepakat mengenai definisi manusia tersebut. Devinisi yang di
berikan mereka saling bertolak belakang satu sama lainnya.mereka mendefisikan
manusia berdasarkan latar belakang disiplin ke’ilmuan masing-masing.
Kaum logika mendefinisikan manusia sebagai makhluk yang berfikir (Homo
Sapien). Kalangan ekonomi mengartikan manusia sebagai mahluk yang selalu
ingin memenuhi kebutuhan ekonominya (Homo Economicus). Kelompok
menejemen melukiskan manusia sebagai makhluk yang selalu menjalankan kegiatan
administrasi (Homo Administraticus). Ahli psikologi menerjemahkan
manusia sebagai makhluk yang digerakkan oleh keinginan-keinginan psikis (Homo
Motorik) dan makhluk yang digerakkan oleh lingkungan nya (Homo
Mecanicus). Sedangkan kalangan adamawan mendesain manusia sebagai makhluk
yang diciptakan Tuhan menyembah kepada-Nya, dan kepada-Nya pula akan
dikembalikan.
Semua definisi itu mengandung kebenaran. Manusia, terlepas dari
berbagai macam karakter dan kepribadian yang melingkupinya, selalu melakukan
karakteristik-karakteristik seperti yang telah didefinisikan olah para ahli.
Pada kenyataannya manusia selalu berfikir. Manusia juga sepanjang hidupnya tak
pernah berhenti dan selalu berusaha menyukupi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
Manusia tak pernah lepas dari keinginan-keinginan. Manusia dalam banyak hal
sering berperilaku mengikuti lingkungannya.
Terlepas dari itu semua. Manusia merupakan ciptaan Tuhan. Bahkan
dalam hal ini telah dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Mu’minun ayat 12-14
dengan jelas Allah swt menjabarkan bagaimana Ia menciptakan manusia. Yang
artinya:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging,
dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang. Lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk)
lain. Maka Maha sucilah Allah Pencipta yang paling baik.
Dalam ayat tersebut dengan jelas Allah swt menjabarkan dengan
detail bagaimana proses penciptaan manusia. Maka jelaslah bahwa manusia
merupakan ciptaan Tuhan. Lain dari itu semua manusia mempunyai sifat-sifat yang
cenderung seperti tanah, mudah berubah-ubah tergantung dimana tanah itu berada.
Para ahli telah mengatakan bahwa manusia merupakan makhluk sosial
(tidak bisa hidup sendirian / saling ketergantungan antara yang satu dengan
yang lain). Tetapi ada juga yang menyebutkan bahwa manusia adalah makhluk
individu (bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain). Tapi dalam praktek dan
kenyataannya manusia adalah makhluk sosial itu tidak dapat dipungkiri lagi.
III. ALAM
Jika berbicara tentang alam, alam bisa dikatakan yaitu sebagai
suatu yang mencakup segala sumber alam atau kekayaan alam. Alam bisa disebut
juga dengan lingkungan yang tanpa kegiatan manusia. Allah swt telah berpesan
kepada manusia agar menyukuri dengan sebaik-baknya apa yang telah diberikan,
terutama nikmat alam semesta ini. Allah swt berfirman dalam al-Qur’an surat
Yaasiin ayat 71-73. Yang artinya:
“Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami telah
menciptakan binatang ternak untuk mereka yaitu sebagian dari apa yang telah
kami ciptakan dengan kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka menguasainya? Dan kami
tundukkan binatang-binatang itu untuk mereka; maka sebagiannya menjadi
tunggangan mereka dana sebgiannya mereka makan. Dan mereka memperoleh padanya
manfaat-manfaat dan minuman.”
Pada ayat
diatas dijelaskan bahwa Allah swt telah menyediakan alam sebagai fasilitas yang
luar biasa berlimpahnya guna memenuhi manusia selaku khalifah dibumi ini. Alam
memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap manusia, jika alam mengalami
kerusakan seperti hutan menjadi gundul, penebangan hutan secara liar itu akan
berdampak buruk atau negatif . apa lagi di zaman modern ini, pemerintah dan
masyarakat kurang memperhatikan lingkungan atau alam sehingga banyak
lahan0lahan hijau dipakai untuk pembangunan gedung-gedung, jalan raya dan
sebagainya. Karena berkurangnya kawasan hijau, pohon-pohon dan sebagainya. Maka
akan berakibat terjadinya dlobal worming.
Jadi seharusnya
manusia harus se-objektif mungkin dalam menjaga sumber daya alam ini agar tidak
rusak, jika rusak akan berdampak dan merugikan pada kehidupan manusia secara
keseluruhan.
B.HUBUNGAN
ANTARA TUHAN, MANUSIA DAN ALAM
Hubungan antara
Tuhan, manusia dan alam sangatlah erat. Tuhan sebagai dzat yang menciptakan
manusia. Manusia dan Alam sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan. Jika peran Tuhan tidak ada manusia dan alam
tidak akan tercipta. Hubungan manusia dengan Tuhan disebut pengabdian (ibadah).
Pengabdian manusia bukan untuk kepantingan Allah, Allah tidak berhajat
(berkepentingan) kepada siapa pun, pengabdian itu bertujuan untuk mengembalikan
manusia kepada asal penciptanya yaitu fitrah (kesucian)nya. Agar kehidupan
manusia diridhoi oleh Allah swt. Seperti yang dijelaskan al-Qur’an dalam surat
az-Zariyat ayat 56 yang artinya:
”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyambahku.”
Manusia
dikaruniai akal (sebagai salah satu kelebihannya), dia juga sebagai
khalifah dimuka bumi, namun demikian
manusia tetap harus terikat dan tunduk pada hukum Allah swt.Alam diciptakan
oleh Allah swt dan diperuntukkan bagi kepentingan manusia. Sebagai khalifah,
manusia diberi wewenang untuk mengelola dan mengolah serta memanfaatkan alan
ini. Allah swt berfirman dalam surat al-Luqman ayat 20 dan dalam surat al-Hud
ayat 61, yang artinya:
“tidaklah kamu perhatikan, sesungguhnya Allah swt menundukkan untuk
(kepentingan)mu apa yang ada dilangit dan apa yang ada dibumi dan
menyempurnakan untukmu nikmatnya lahir dan bathin.”
“Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu
pemakmurnya.”
Namun, memang
sering kali kita melihat sifat manusia yang kufur nikmat. salah satu hal yang
paling jelas terlihat adalah kebiasaan manusia untuk menguras semua kekayaan
alam tanpa memperdulikan kelestariannya. Padahal sesungguhnya didalam ajaran
islam selalu dijelaskan bagaimana cara memanfaatkan alam dengan semestinya.
Bahkan Allah swt dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 11-12 menyebutkan bahwa
orang-orang yang merusak lingkungan itu termasuk golongan orang munafiq:
“Dan bila dikatakan kepada mereka: “janganlan kamu membuat
kerusakan dimuka bumi.” Mereka menjawab: “sesungguhnya kami orang-orang yang
mengadakan perbaikan.” Ingatlah, sesungguhnya mereka itu orang-orang yang
membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.”
Pada kenyataan
saat ini manusia sudah tidak lagi memperhatikan keseimbangan alam dalam
mengeksploitasinya. Saat ini manusia telah dikuasai wahyu untuk meraup
keuntungan sebanyak-banyaknya sehingga dalam memanfaatkan alam tidak lagi
memperdulikan dampak buruk terhadap keseimbangan ekosistem alam dibumi ini.
Padahal hakekatnya manusia diciptakan oleh Allah swt untuk menjadi kholifah
dimuka bumi tidak lain adalah Allah memberikan sebuah amanah yaitu Allah swt
mempercayakan buumi-Nya ini kepada manusia untuk diurus dan dilestarikan
keberadaannya.
Maka dari itu
manusia harus melihat kembali siapa dirinya. Jika manusia menyadari akan
tanggung jawab yang diberikan oleh Allah swt, maka manusia akan selalu
bersyukur dan akan menjalankan fungsi dan tugas kita sebagai khalifah dimuka
bumi ini dengan baik. Yaitu manusia akan benar-benar manjadi pemimpin dibumi
ini dan menjaga alam ini. Kita tidak akan merusak hutan, mencemari laut dan
tidak akan membuat polusi. Karena mausia sadar bahwa bumi ini sebagai ladang
amal sebagai bekal menuju kehidupan yang hakiki yaitu kehidupan akhirat, dengan
cara menjaga kelestarian alam ini dan manusia akan selalu berusaha sebisa
mungkin agar peringatan Allah pada surat ar-Ruum ayat 41 yang artinya:
“telah nampak kerusakan didarat dan dilaut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah swt merasakan kepada mereka sebagian
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar).
Menjadi cambuk
yang keras agar kita selalu istiqomah dalam bertauhid kepada Allah swt dan
menjaga kelestarian alam ciptaan Allah yang Maha Mulia ini.
Kesimpulan dari
artikel ini ialah kita harus menyadari bahwa hubungan antara Allah swt, manusia
dan alam itu dangatlah jelas. Allah swt sebagai Sang Pencipta yang menciptakan
alam beserta isinya, lalu Allah swt menciptakan makhluk yang bernama manusia
sebagai pengurus bumi. Manusia akan dimintai pertanggung jawabannya langsung
kepada Allah swt tentang hasil dari
kepengurusannya. Barang siapa yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt dan menjalankan
amanat dengan sebaik-baiknya maka niscahya dia akan mendapatkan kebahagiaan
didunia dan diakhirat. Sedangkan sebaliknya siapa yang inkar dan tidak
memperdulikan perintah Allah swt akan mendapat murka dan laknat Allah didunia
maupun diakhirat. Dan alam ini akan menjadi saksi dihadapan Allah swt dan tidak
akan ada satu orang manusiapun yang bisa memungkiri perbuatannya selama didunia
ini ketika tiba masanya harii perhitungan karena sesungguhnya Allah swt itu
Maha Mengetahui segala sesuatu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar