ASSALAMU'ALAIKUM WR. WB. SELAMAT DATANG DI BLOG INI, SEMOGA BERMANFAAT

Minggu, 09 November 2014

HUBUNGAN TUHAN, MANUSIA DAN ALAM



HUBUNGAN TUHAN, MANUSIA DAN ALAM



A. HAKEKAT TUHAN, MANUSIA DAN ALAM
I. TUHAN
Allah swt adalah Tuhan yang pantas disembah kerena Allah ialah Rabb semesta. yang Maha Kuasa atas segala sesuatu yang ada diseluruh jagat ini. Allahlah yang Maha Pencipta yang telah menciptakan alam dan seisinya termasuk kita manusia. Allah swt telah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 29, yang artinya:
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada dibumi untuk kamu dan Dia berkehendak.”
Dalam ayat tersebut jelaslah bahwa Allahlah yang telah menciptakan bumi dan juga alam semesta ini. Hanya untuk-Nya kita diciptakan dan hanya kepada-Nya lah kita kembali. Ketika mendengar nama Allah swt seharusnya hanya satu yang ada dibenak kita, yaitu rasa cinta, cinta terhadap-Nya, segala sesuatu yang kita lakukan apabila didasari dengan rasa cinta terhadap-Nya. Semua akan terasa ringan, indah, mudah dan terasa terlindungi. Dialah tempat kita mengadu dan kita sebagai makhluk yang diciptakan-Nya, kita harus melakukan apa yang telah diperintakan-Nya dan menjauhi segala apa yang telah dilarang-Nya.
II. MANUSIA
Manusia adalah makhluk yang unik. Beragam definisi tentang manusia ditampilkan oleh para ahli dengan unik. Dan uniknya lagi tak ada satu pun dari mereka yang sepakat mengenai definisi manusia tersebut. Devinisi yang di berikan mereka saling bertolak belakang satu sama lainnya.mereka mendefisikan manusia berdasarkan latar belakang disiplin ke’ilmuan masing-masing.
Kaum logika mendefinisikan manusia sebagai makhluk yang berfikir (Homo Sapien). Kalangan ekonomi mengartikan manusia sebagai mahluk yang selalu ingin memenuhi kebutuhan ekonominya (Homo Economicus). Kelompok menejemen melukiskan manusia sebagai makhluk yang selalu menjalankan kegiatan administrasi (Homo Administraticus). Ahli psikologi menerjemahkan manusia sebagai makhluk yang digerakkan oleh keinginan-keinginan psikis (Homo Motorik) dan makhluk yang digerakkan oleh lingkungan nya (Homo Mecanicus). Sedangkan kalangan adamawan mendesain manusia sebagai makhluk yang diciptakan Tuhan menyembah kepada-Nya, dan kepada-Nya pula akan dikembalikan.
Semua definisi itu mengandung kebenaran. Manusia, terlepas dari berbagai macam karakter dan kepribadian yang melingkupinya, selalu melakukan karakteristik-karakteristik seperti yang telah didefinisikan olah para ahli. Pada kenyataannya manusia selalu berfikir. Manusia juga sepanjang hidupnya tak pernah berhenti dan selalu berusaha menyukupi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Manusia tak pernah lepas dari keinginan-keinginan. Manusia dalam banyak hal sering berperilaku mengikuti lingkungannya.
Terlepas dari itu semua. Manusia merupakan ciptaan Tuhan. Bahkan dalam hal ini telah dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Mu’minun ayat 12-14 dengan jelas Allah swt menjabarkan bagaimana Ia menciptakan manusia. Yang artinya:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang. Lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah Pencipta yang paling baik.
Dalam ayat tersebut dengan jelas Allah swt menjabarkan dengan detail bagaimana proses penciptaan manusia. Maka jelaslah bahwa manusia merupakan ciptaan Tuhan. Lain dari itu semua manusia mempunyai sifat-sifat yang cenderung seperti tanah, mudah berubah-ubah tergantung dimana tanah itu berada.
Para ahli telah mengatakan bahwa manusia merupakan makhluk sosial (tidak bisa hidup sendirian / saling ketergantungan antara yang satu dengan yang lain). Tetapi ada juga yang menyebutkan bahwa manusia adalah makhluk individu (bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain). Tapi dalam praktek dan kenyataannya manusia adalah makhluk sosial itu tidak dapat dipungkiri lagi.
III. ALAM
Jika berbicara tentang alam, alam bisa dikatakan yaitu sebagai suatu  yang mencakup segala sumber  alam atau kekayaan alam. Alam bisa disebut juga dengan lingkungan yang tanpa kegiatan manusia. Allah swt telah berpesan kepada manusia agar menyukuri dengan sebaik-baknya apa yang telah diberikan, terutama nikmat alam semesta ini. Allah swt berfirman dalam al-Qur’an surat Yaasiin ayat 71-73. Yang artinya:
“Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakan binatang ternak untuk mereka yaitu sebagian dari apa yang telah kami ciptakan dengan kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka menguasainya? Dan kami tundukkan binatang-binatang itu untuk mereka; maka sebagiannya menjadi tunggangan mereka dana sebgiannya mereka makan. Dan mereka memperoleh padanya manfaat-manfaat dan minuman.”
Pada ayat diatas dijelaskan bahwa Allah swt telah menyediakan alam sebagai fasilitas yang luar biasa berlimpahnya guna memenuhi manusia selaku khalifah dibumi ini. Alam memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap manusia, jika alam mengalami kerusakan seperti hutan menjadi gundul, penebangan hutan secara liar itu akan berdampak buruk atau negatif . apa lagi di zaman modern ini, pemerintah dan masyarakat kurang memperhatikan lingkungan atau alam sehingga banyak lahan0lahan hijau dipakai untuk pembangunan gedung-gedung, jalan raya dan sebagainya. Karena berkurangnya kawasan hijau, pohon-pohon dan sebagainya. Maka akan berakibat terjadinya dlobal worming.
Jadi seharusnya manusia harus se-objektif mungkin dalam menjaga sumber daya alam ini agar tidak rusak, jika rusak akan berdampak dan merugikan pada kehidupan manusia secara keseluruhan.
B.HUBUNGAN ANTARA TUHAN, MANUSIA DAN ALAM
Hubungan antara Tuhan, manusia dan alam sangatlah erat. Tuhan sebagai dzat yang menciptakan manusia. Manusia dan Alam sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan.  Jika peran Tuhan tidak ada manusia dan alam tidak akan tercipta. Hubungan manusia dengan Tuhan disebut pengabdian (ibadah). Pengabdian manusia bukan untuk kepantingan Allah, Allah tidak berhajat (berkepentingan) kepada siapa pun, pengabdian itu bertujuan untuk mengembalikan manusia kepada asal penciptanya yaitu fitrah (kesucian)nya. Agar kehidupan manusia diridhoi oleh Allah swt. Seperti yang dijelaskan al-Qur’an dalam surat az-Zariyat ayat 56 yang artinya:
”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyambahku.”
Manusia dikaruniai akal (sebagai salah satu kelebihannya), dia juga sebagai khalifah  dimuka bumi, namun demikian manusia tetap harus terikat dan tunduk pada hukum Allah swt.Alam diciptakan oleh Allah swt dan diperuntukkan bagi kepentingan manusia. Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang untuk mengelola dan mengolah serta memanfaatkan alan ini. Allah swt berfirman dalam surat al-Luqman ayat 20 dan dalam surat al-Hud ayat 61, yang artinya:
“tidaklah kamu perhatikan, sesungguhnya Allah swt menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang ada dilangit dan apa yang ada dibumi dan menyempurnakan untukmu nikmatnya lahir dan bathin.”
“Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya.”
Namun, memang sering kali kita melihat sifat manusia yang kufur nikmat. salah satu hal yang paling jelas terlihat adalah kebiasaan manusia untuk menguras semua kekayaan alam tanpa memperdulikan kelestariannya. Padahal sesungguhnya didalam ajaran islam selalu dijelaskan bagaimana cara memanfaatkan alam dengan semestinya. Bahkan Allah swt dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 11-12 menyebutkan bahwa orang-orang yang merusak lingkungan itu termasuk golongan orang munafiq:
“Dan bila dikatakan kepada mereka: “janganlan kamu membuat kerusakan dimuka bumi.” Mereka menjawab: “sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” Ingatlah, sesungguhnya mereka itu orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.”
Pada kenyataan saat ini manusia sudah tidak lagi memperhatikan keseimbangan alam dalam mengeksploitasinya. Saat ini manusia telah dikuasai wahyu untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya sehingga dalam memanfaatkan alam tidak lagi memperdulikan dampak buruk terhadap keseimbangan ekosistem alam dibumi ini. Padahal hakekatnya manusia diciptakan oleh Allah swt untuk menjadi kholifah dimuka bumi tidak lain adalah Allah memberikan sebuah amanah yaitu Allah swt mempercayakan buumi-Nya ini kepada manusia untuk diurus dan dilestarikan keberadaannya.
Maka dari itu manusia harus melihat kembali siapa dirinya. Jika manusia menyadari akan tanggung jawab yang diberikan oleh Allah swt, maka manusia akan selalu bersyukur dan akan menjalankan fungsi dan tugas kita sebagai khalifah dimuka bumi ini dengan baik. Yaitu manusia akan benar-benar manjadi pemimpin dibumi ini dan menjaga alam ini. Kita tidak akan merusak hutan, mencemari laut dan tidak akan membuat polusi. Karena mausia sadar bahwa bumi ini sebagai ladang amal sebagai bekal menuju kehidupan yang hakiki yaitu kehidupan akhirat, dengan cara menjaga kelestarian alam ini dan manusia akan selalu berusaha sebisa mungkin agar peringatan Allah pada surat ar-Ruum ayat 41 yang artinya:
“telah nampak kerusakan didarat dan dilaut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah swt merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar).
Menjadi cambuk yang keras agar kita selalu istiqomah dalam bertauhid kepada Allah swt dan menjaga kelestarian alam ciptaan Allah yang Maha Mulia ini.
Kesimpulan dari artikel ini ialah kita harus menyadari bahwa hubungan antara Allah swt, manusia dan alam itu dangatlah jelas. Allah swt sebagai Sang Pencipta yang menciptakan alam beserta isinya, lalu Allah swt menciptakan makhluk yang bernama manusia sebagai pengurus bumi. Manusia akan dimintai pertanggung jawabannya langsung kepada Allah swt  tentang hasil dari kepengurusannya. Barang siapa yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt dan menjalankan amanat dengan sebaik-baiknya maka niscahya dia akan mendapatkan kebahagiaan didunia dan diakhirat. Sedangkan sebaliknya siapa yang inkar dan tidak memperdulikan perintah Allah swt akan mendapat murka dan laknat Allah didunia maupun diakhirat. Dan alam ini akan menjadi saksi dihadapan Allah swt dan tidak akan ada satu orang manusiapun yang bisa memungkiri perbuatannya selama didunia ini ketika tiba masanya harii perhitungan karena sesungguhnya Allah swt itu Maha Mengetahui segala sesuatu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar